Budayawan
Emha Ainun Najib (Cak Nun) mengajak
masyarakat lebih merasa memiliki dan menjaga kedaulatan yang besar, berpikir,
beragama, berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Dengan tidak henti-hentinya
melakukan eksplorasi pikiran dan percaya terhadap diri sendiri. Cak Nun
mengatakan, `Kita harus berdaulat diri, berpikir sendiri dan percaya diri
sendiri'. Menurut Cak Nun, bila memang bisa berdaulat, Indonesia akan menjadi
bangsa mercusuar. Menurut Cak Nun, bangsa Indonesia
belum berdaulat. Pola pikir dan kreatifitas rakyatnya masih menggunakan pola
meniru dari luar. Kecantikan misalnya, diukur dengan standar bagaimana orang barat
mengukur kecantikan. Orang pesek, katanya tidak cantik.Orang
yang berkulit tidak putih katanya tidak cantik. Padahal semua itu hanya ukuran
orang Barat menilai kecantikan, dan celakanya banyak orang yang mempercayainya.Bila memang bisa berdaulat, Indonesia akan menjadi bangsa
mercusuar.
Penjelasan
Cak Nun itu menegaskan yang disampaikan Sabrang yang berbicara setelah rektor
STAIN. “Memangnya kenapa kalau hidung kalian pesek? Memangnya kenapa kalau kita
berkulit cokelat? Siapa yang berdaulat atas kita? Apa hak mereka menilai kita
cantik dan tidak cantik?” kata Sabrang.
Cak Nun
karena itu mengingatkan, yang paling berdaulat atas diri manusia hanya Allah.
Hanya Allah pemegang saham atas seluruh ciptaannya termasuk manusia, dan tidak
seorang pun yang berdaulat atas manusia lainnya.
Dia
memberi contoh musik KiaiKanjeng, yang menggunakan alat-alat musik Jawa,
dimaksudkan sebagai kedaulatan untuk bermusik, tidak peduli apapun penilaian
manusia. Sementara di Indonesia dipandang sebelah mata, Kiai Kanjeng sudah
melalang buana. Ke penjuru Asia, Timur Tengah, Afrika, Eropa. Diminta tampil di
acara sidang bahasa Arab dunia, mengisi acara di depan para pastur dan uskup di
Vatikan, Roma. “Ini adalah pementasan Kiai Kanjeng yang ke -3.634, tapi di
sini, tak satu pun stasiun televisi nasional yang mau nanggap Kiai Kanjeng.
Tidak masalah, karena bukan itu, cita-cita Kiai Kanjeng.”
Contoh
lain soal qiraah (membaca al Quran) dan azan yang semuanya meniru suara atau
lagu orang Arab melantunkan atau melagukannya. Bukan tidak baik, tapi membaca
al Quran atau azan dengan gaya atau cengkok Jawa, misalnya, sebetulnya juga
tidak jadi masalah sebab azan atau membaca al Quran bukan ibadah yang wajib dan
utama [magdhah],
seperti salat. Cak Nun lantas meminta dua mahasiswa yang mahir qiraah untuk
tampil ke panggung.
Budayawan asal Jombang ini menegaskan sikap berdaulat adalah orang-orang yang percaya menjadi diri sendiri. "Rumus mengetahui sudah berdaulat apa belum ya dirimu sendiri. ," tegasnya dihadapan sedikitnya 5000 jama’ah yang hadir.
Budayawan asal Jombang ini menegaskan sikap berdaulat adalah orang-orang yang percaya menjadi diri sendiri. "Rumus mengetahui sudah berdaulat apa belum ya dirimu sendiri. ," tegasnya dihadapan sedikitnya 5000 jama’ah yang hadir.
Cak Nun memberikan
gambaran sebuah kedaulatan yang semestinya. Umat muslim di Indonesia semestinya
harus menjadi muslim ala Indonesia. Bukan justru meniru ala Arab. Karena yang
menyuruh kita menjadi manusia Indonesia adalah Allah. Jangan justru menjadi
manusia Arab atau yang lain. Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim
terbesar memiliki peran signifikan di mata dunia. Jika negara saat ini belum
berdaulat, Cak Nun mengajak umat untuk bedaulat secara pribadi. Setiap manusia
memiliki kedaulatan kafilah yang artinya jika setiap generasi muda saat ini
sudah berani berdaulat, sepuluh atau dua puluh tahun berikutnya akan menjadi
pemimpin yang berdaulat.
Contohnya, yaitu
kedaulatan kelompok musik gamelan KiaiKanjeng yang tidak menggunakan pakem
tetapi bebas berekspresi sesuai kehendaknya.
Menurut
Cak Nun, jangan membawa sesuatu yang tidak bisa dibawa ke masa depan. Yang
tidak bisa dibawah keabadian. Masa depan adalah akhirat, dan jabatan tidak akan
abadi. Tidak akan bisa dibawa ke masa depan. Dia karena itu mengingatkan, bahwa
tidak setitik embunpun jatuh yang tidak dikawal malaikat Allah.
Cak Nun, meminta Kiai Kanjeng melantunkan tembang.
“Ning dunyo pira suwene.
Njur bali ning panggonane, ning akherat ya sejatine. Mung amal becik ya
sangune. Nanging aja ngucap ‘bodo ya ben.’ Golek ilmu kudu telaten. Ning dunyo
peteng mripate. Menungsa kesasar dalane. Nuntut ilmu ilang faedahe…” [Di
dunia berapa lama sih. Kembalinya ya pasti ke tempat semula yaitu akhirat. Di
dunia kok malah buta matanya. Ilmunya tidakbermanfaat. Salat kok malah salah
niat…]
Cak Nun
menjelaskan bahwa manusia berdaulat karena diciptakan Allah, dan yang berdaulat
atas manusia hanyalah Allah. Petani berdaulat menanam tapi soal panen adalah
urusan Allah, sebab Allah adalah pemilik. Karena itu kalau ada lembaga yang
mengharam-haramkam sesuatu yang sebetulnya halal. Lembaga itu tidak punya
kedaulatan atas manusia untuk mengikuti fatwa mereka.
Sekian ringkasan dari saya
mengenai kedaulatan. . .
Terimakasih. .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar