Jumat, 17 Juli 2015

Artikel Sinau Kedaulatan Bersama Cak Nun dan KiaiKanjeng di STAIN Kudus



Budayawan Emha Ainun Najib  (Cak Nun) mengajak masyarakat lebih merasa memiliki dan menjaga kedaulatan yang besar, berpikir, beragama, berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Dengan tidak henti-hentinya melakukan eksplorasi pikiran dan percaya terhadap diri sendiri. Cak Nun mengatakan, `Kita harus berdaulat diri, berpikir sendiri dan percaya diri sendiri'. Menurut Cak Nun, bila memang bisa berdaulat, Indonesia akan menjadi bangsa mercusuar. Menurut Cak Nun, bangsa Indonesia belum berdaulat. Pola pikir dan kreatifitas rakyatnya masih menggunakan pola meniru dari luar. Kecantikan misalnya, diukur dengan standar bagaimana orang barat mengukur kecantikan. Orang pesek, katanya tidak cantik.Orang yang berkulit tidak putih katanya tidak cantik. Padahal semua itu hanya ukuran orang Barat menilai kecantikan, dan celakanya banyak orang yang mempercayainya.Bila memang bisa berdaulat,  Indonesia akan menjadi bangsa mercusuar.
Penjelasan Cak Nun itu menegaskan yang disampaikan Sabrang yang berbicara setelah rektor STAIN. “Memangnya kenapa kalau hidung kalian pesek? Memangnya kenapa kalau kita berkulit cokelat? Siapa yang berdaulat atas kita? Apa hak mereka menilai kita cantik dan tidak cantik?” kata Sabrang.
Cak Nun karena itu mengingatkan, yang paling berdaulat atas diri manusia hanya Allah. Hanya Allah pemegang saham atas seluruh ciptaannya termasuk manusia, dan tidak seorang pun yang berdaulat atas manusia lainnya.
Dia memberi contoh musik KiaiKanjeng, yang menggunakan alat-alat musik Jawa, dimaksudkan sebagai kedaulatan untuk bermusik, tidak peduli apapun penilaian manusia. Sementara di Indonesia dipandang sebelah mata, Kiai Kanjeng sudah melalang buana. Ke penjuru Asia, Timur Tengah, Afrika, Eropa. Diminta tampil di acara sidang bahasa Arab dunia, mengisi acara di depan para pastur dan uskup di Vatikan, Roma. “Ini adalah pementasan Kiai Kanjeng yang ke -3.634, tapi di sini, tak satu pun stasiun televisi nasional yang mau nanggap Kiai Kanjeng. Tidak masalah, karena bukan itu, cita-cita Kiai Kanjeng.”
Contoh lain soal qiraah (membaca al Quran) dan azan yang semuanya meniru suara atau lagu orang Arab melantunkan atau melagukannya. Bukan tidak baik, tapi membaca al Quran atau azan dengan gaya atau cengkok Jawa, misalnya, sebetulnya juga tidak jadi masalah sebab azan atau membaca al Quran bukan ibadah yang wajib dan utama [magdhah], seperti salat. Cak Nun lantas meminta dua mahasiswa yang mahir qiraah untuk tampil ke panggung.
Budayawan asal Jombang ini menegaskan sikap berdaulat adalah orang-orang yang percaya menjadi diri sendiri.  "Rumus mengetahui sudah berdaulat apa belum ya dirimu sendiri. ," tegasnya dihadapan sedikitnya 5000 jama’ah yang hadir.
Cak Nun memberikan gambaran sebuah kedaulatan yang semestinya. Umat muslim di Indonesia semestinya harus menjadi muslim ala Indonesia. Bukan justru meniru ala Arab. Karena yang menyuruh kita menjadi manusia Indonesia adalah Allah. Jangan justru menjadi manusia Arab atau yang lain. Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar memiliki peran signifikan di mata dunia. Jika negara saat ini belum berdaulat, Cak Nun mengajak umat untuk bedaulat secara pribadi. Setiap manusia memiliki kedaulatan kafilah yang artinya jika setiap generasi muda saat ini sudah berani berdaulat, sepuluh atau dua puluh tahun berikutnya akan menjadi pemimpin yang berdaulat.
Contohnya, yaitu kedaulatan kelompok musik gamelan KiaiKanjeng yang tidak menggunakan pakem tetapi bebas berekspresi sesuai kehendaknya.
Menurut Cak Nun, jangan membawa sesuatu yang tidak bisa dibawa ke masa depan. Yang tidak bisa dibawah keabadian. Masa depan adalah akhirat, dan jabatan tidak akan abadi. Tidak akan bisa dibawa ke masa depan. Dia karena itu mengingatkan, bahwa tidak setitik embunpun jatuh yang tidak dikawal malaikat Allah.
Cak Nun, meminta Kiai Kanjeng melantunkan tembang.
Ning dunyo pira suwene. Njur bali ning panggonane, ning akherat ya sejatine. Mung amal becik ya sangune. Nanging aja ngucap ‘bodo ya ben.’ Golek ilmu kudu telaten. Ning dunyo peteng mripate. Menungsa kesasar dalane. Nuntut ilmu ilang faedahe…” [Di dunia berapa lama sih. Kembalinya ya pasti ke tempat semula yaitu akhirat. Di dunia kok malah buta matanya. Ilmunya tidakbermanfaat. Salat kok malah salah niat…]
Cak Nun menjelaskan bahwa manusia berdaulat karena diciptakan Allah, dan yang berdaulat atas manusia hanyalah Allah. Petani berdaulat menanam tapi soal panen adalah urusan Allah, sebab Allah adalah pemilik. Karena itu kalau ada lembaga yang mengharam-haramkam sesuatu yang sebetulnya halal. Lembaga itu tidak punya kedaulatan atas manusia untuk mengikuti fatwa mereka.
Sekian ringkasan dari saya mengenai kedaulatan. . .
Terimakasih. .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar