Jumat, 11 Maret 2016

MAKALAH PENGELOLAAN/ MANAJEMEN KUALITAS DENGAN STATISTICAL PROCESS CONTROL DAN PENGENDALIAN MUTU TERPADU



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Suatu perusahaan tidak lepas dari konsumen serta produk yang dihasilkannya. Konsumen tentunya berharap barang yang dibelinya akan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya serta produk yang diinginkan memiliki kondisi yang baik dan terjamin. Oleh karena itu, perusahaan harus melihat dan menjaga agar kualitas produk yang dihasilkan terjamin bisa diterima konsumen dan bersaing di pasar. Pemenuhan kebutuhan konsumen seringkali hanya berfokus pada kuantitas produk mengingat pangsa pasar semakin terus berkembang. Pada persaingan yang semakin ketat aspek yang juga perlu diperhatikan adalah mengenai kualitas produk.
Kualitas produk yang baik ditentukan dari pengendalian atau manajemen kualitas yang baik pula. Pengendalian kualitas yang dilaksanakan dengan baik akan memberikan dampak terhadap mutu produk yang dihasilkan berdasarkan pada ukuran dan karakteristik yang telah ditentukan perusahaan. Pengendalian kualitas sangat dibutuhkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang berlaku. Ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam manajemen kualitas, untuk mengukur seberapa besar tingkat kerusakan produk yang dapat diterima perusahaan dengan batas toleransi dari cacat produk yang dihasilkan dengan menggunakan alat bantu statistik yaitu metode statistic proses control (SPC) dan metode statistic quality control (SQC) dimana proses produksi dikendalikan kualitasnya mulai dari adanya bahan baku awal produksi, pada saat proses produksi berlangsung sampai dengan produk jadi yang siap dipasarkan.    
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian manajemen kualitas?
2.      Bagaimana manajemen kualitas dengan statistical proses control?
3.      Bagaimana manajemen kualitas dengan menggunakan statistical quality control?
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Manajemen Kualitas
1.      Menetapkan Kualitas
Definisi kualitas (quality) sebagaimana yang diambil oleh American Society for Quality adalah: “Keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan yang terlihat.” Walaupun demikian, sebagian orang percaya bahwa definisi kualitas terbagi atas beberapa kategori. Beberapa definisi adalah yang berbasis pengguna. Mereka mengajukan bahwa kualitas “bergantung pada pemirsa”. Bagi manajer produksi, kualitas adalah yang berbasis manufaktur. Mereka percaya bahwa kualitas berarti pemenuhan standar dan “membuat produk secara benar sejak dari awalnya”. Pendekatan ketiga adalah yang berbasis produk, yang memandang kualitas sebagai variabel yang tepat dan dapat dihitung.
2.      Pengaruh Kualitas
Selain sebagai elemen penting dalam operasi, kualitas juga memiliki pengaruh lain. Ada tiga alasan pentingnya kualitas :
a.    Reputasi perusahaan
Suatu organisasi menyadari bahwa reputasi akan mengikuti kualitas baik atau buruk. Kualitas akan muncul sebagai persepsi tentang produk baru perusahaan, kebiasaan karyawan, dan hubungan pemasok.
b.    Keandalan produk
Pengadilan terus menerus berusaha menangkap organisasi yang memiliki desain, memproduksi, atau mengedarkan produk atau jasa yang penggunaannya mengakibatkan kerusakan atau kecelakaan. Peraturan seperti Consumer Product Safety Act membuat standar produk dan cara melarang produk yang tidak dapat memenuhi standar tersebut. Misalnya, makanan yang tidak bersih yang menyebabkan penyakit, baju tidur yang panas, ban yang pecah, atau tangki bahan bakar mobil yang meledak pada tekanan tertentu. Semua itu dapat menyebabkan pengeluaran yang besar pada aspek legal, penyelesaian atau kerugian yang besar.
c.       Keterlibatan global
Di masa teknologi seperti sekarang, kualitas menjadi suatu perhatian internasional, sebagaimana halnya MO. Bagi perusahaan dan negara yang ingin bersaing secara efektif pada ekonomi global, maka produk mereka harus memenuhi harapan kualitas, desain, dan harga global. Produk yang rendah mutunya mengurangi keuntungan perusahaan dan neraca pembayaran negara.
3.      Biaya Kualitas
Empat kategori utama biaya dikaitkan dengan kualitas yang disebut sebagai biaya kualitas (cost of quality-COQ), yaitu :
a.    Biaya pencegahan, biaya yang terkait dengan pengurangan komponen atau jasa yang rusak.
b.    Biaya penaksiran, biaya yang dikaitkan dengan proses evaluasi produk, proses komponen, dan jasa.
c.    Kegagalan internal, biaya yang diakibatkan oleh proses produksi komponen atau jasa yang rusak sebelum diantarkan ke pelanggan.
d.   Biaya eksternal, biaya yang terjadi setelah pengiriman barang atau jasa yang cacat.
Pengamat manajemen kualitas, termasuk Philip Crosby dan Genichi Taguchi percaya bahwa secara seimbang biaya produk berkualitas hanyalah sebagian dari keuntungan. Mereka berpendapat bahwa yang kalah adalah organisasi yang gagal bekerja secara agresif di bidang kualitas.
4.      Standar Kualitas Internasional
ISO 9000
Kualitas secara global sangat penting, sehingga dunia bersatu dalam satu standar kualitas, yakni ISO 9000. ISO 9000 merupakan satu-satunya standar kualitas yang diakui secara internasional. Untuk memiliki sertifikat ISO 9000, organisasi harus melalui proses selama 9 sampai 18 bulan yang mencakup pendokumentasian prosedur kualitas, penilaian lapangan dan serangkaian audit yng terus berjalan pada produk atau jasa. ISO memperbarui standartnya pada bulan Desember 2000 menjadi lebih pada sistem manajemen kualitas yang lebih terinci yang disebut ISO 9001: 2000.
ISO 14000
Proses internasionalisasi kualitas yang terus menerus merupakan bukti pengembangan ISO 14000. ISO 14000 merupakan standar manajemen lingkungan yang berisi lima elemen pokok: (1) manajemen lingkungan, (2) pengauditan, (3) evaluasi kerja, (4) pelabelan, (5) penilaian siklus hidup. Standar baru ini memiliki kelebihan:
a.    Gambaran publik yang positif dan ekspos yang yang berkurang terhadap kewajiban.
b.    Pendekatan sistematis yng baik untuk pencegahan polusi melalui minimisasi dampak ekologis dari produk dn aktivitas.
c.    Pemenuhan persyaratan peraturan dan peluang untuk mendapatkan keunggulan bersaing.
d.   Pengurangan kebutuhan audit berganda.

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
Total quality management (TQM) merujuk pada penekanan kualitas yang meliputi organisasi keseluruhan, mulai dari pemasok hingga pelanggan. TQM menekankan komitmen manajemen untuk mendapatkan arahan perusahaan yang terus menerus ingin mencapai keunggulan dalm semua aspek produk dan jasa yang kesemuanya penting bagi pelanggan.
TQM penting karena keputusan kualitas mempengaruhi setiap dari 10 keputusan yang dibuat oleh manajer operasi. Tiap 10 keputusan berhadapan dengan beberapa aspek pengidentifikasian dan pemenuhan harapan pelanggan. Pemenuhan harapan tersebut membutuhkan penekanan TQM saat suatu perusahaan bersaing untuk menjadi pemimpin pasar dunia.[1]
B.  Manajemen Kualitas dengan Statistical Prosess Control
Statistical process control (SPC) adalah sebuah teknik statistik yang digunakan secara luas untuk memastikan bahawa proses memenuhi standar. Semua proses tidak pernah luput dari hasil yang bervariasi. Warter Shewhart dari bell laboratories ditahun 1920 mempelajari data proses dan membedakan antara penyebab variasi yang umum dan khusus. Banyak orang sekarang merujuk pada variasi ini sebagai penyebab yang alamiah dan buatan. Shewhart membuat alat yang sederhana tetapi ampuh untuk memisahkan kedua jenis tadi yang disebut bagan kendali (control chart).
SPC digunakan untuk mengukur kinerja sebuah proses. Sebuah proses dikatakan beroprasi dalam kendali statistik bila sumber variasi berasal hanya dari sumber yang alamiah. Pertama kali proses harus dibawa kedalam kendali statistik dengan mendeteksi dan menghilangkan sumber variasi buatan (assignable). Setelah itu, barulah kinerja proses dapat diramalkan, dan kemampuannya untuk memenuhi harapan konsumen dapat diperkirakan. Tujuan sebuah sistem pengendalian proses adalah untuk memberikan peringatan statistik bila terdapat penyebab variasi buatan. Peringatan ini dapat mempercepat pengambil keputusan mengambil tindakan yang sesuai untuk menghilangkan penyebab buatan.
Variasi alamiah variasi alamiah mempengaruhi hampir setiap proses produksi dan memang selalu ada. Variasi alamiah (natural variations) adalah sumber variasi yang terjadi dalam sebuah proses yang berada dalam kendali statistik. Variasi alamiah berperilaku bagaikan sistem konstan. Walaupun semua nilai produk berbeda, tetapi sebagai sebuah kelompok, mereka membentuk sebuah pola yang dapat digambarkan sebagai sebuah distribusi. Pada saat kelompok ini berdistribusi normal, maka karakter mereka dapat ditentukan oleh dua parameter. Parameter ini adalah :
-          Rata- rata (mean), µ ( ukuran kecendurungan terpusat)
-          Standar deviasi (standard deviation), σ (ukuran penyebaran)
Selama distribusi (pengukuran output) berada dalam batas tertentu, proses dikatakan “berada dalam kendali,”dan variasi alamiah dapat dibiarkan.
Variasi buatan variasi buatan (assignable variation) dalam sebuah proses dapat ditelusuri penyebabnya. Faktor-faktor seperti penggunaan mesin, peralatan yang penyetelannya salah, karyawan yang lelah atau tidak terlatih, atau bahan baku yang baru, semuanya merupakan sumber variasi buatan yang potensial.
Variasi alamiah dan buatan membedakan dua tugas untuk manajer operasi.Yang pertama adalah untuk memastikan bahwa proses mampu beroperasi dalam kendali dan hanya memiliki variasi alamiah.Yang kedua adalah,tentu saja,  untuk mengenali dan menghilangkan variasi buatan, sehingga proses akan tetap berada dalam kendali. [2]
Rumus :
Rata- rata (Mean) = ∑. xi/n


Standart Deviasi = akar (xi- x bar)/n-1
C.  Manajemen Kualitas dengan Statistical Quality Control
1.    Sejarah Analisis Mutu Secara Periodik
Analisis statistik di bidang pengendalian mutu dikenal sejak tahun 1924 yang dikemukakan oleh Dr. Wolter Stewhart dari perusahaan Bell Telephone Laboratories, yang diterbitkan dalam buku berjudul Economic Control of Quality Manufactured Product yang merupakan konsep dasar dari pengendalian mutu suatu barang di pabrik manufaktur. Dasarnya yaitu untuk mengetahui produk yang dapat diterima (accepted) atau produk yang ditolak karena rusak. Tujuannya agar produk yang rusak tidak dijual kepada konsumen tetapi harus dimusnahkan. Dengan demikian konsumen hanya akan memperoleh produk yang mempunyai mutu sesuai dengan rencana perusahaan.
Secara komprehensif definisi mutu suatu produk merupakan suatu kondisi fisik, sifat dan kegunaan barang atau jasa yang dapat memberi kepuasan konsumen secara fisik maupun psikologisnya sesuai dengan nilai uang yang dikeluarkan.
2.    Teknik Kendali Mutu
Peranan kendali mutu barang atau jasa semakin bertambah besar dan penting seiring perkembangan selera akibat perubahan peradaban manusia yang didukung dengan perkembangan teknologi baru yang semakin canggih. Perubahan selera tersebut mendorong konsumen untuk mencari produk yang nilai gunanya lebih baik dan sempurna, sehingga konsumen cenderung untuk memperbaiki selera dalam meninkatkan kebutuhan hidupnya. Jadi, terdapat hubungan timbal balik antara perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup konsumen. Hal tersebut juga mengakibatkan para produsen harus melakukan antisipasi terus menerus, agar dapat mempertahankan kelangsungan bisnisnya, salah satu cara yang bisa dilakukan dengan menjaga mutu barang melalui penggunaan teknologi dan alat-alat (mesin) yang digunakan dalam proses produksi.
Metode statistical quality control sangat bermanfaat sebagai alat untuk mengendalikan mutu, karena pengendalian mutu juga berguna untuk pengawasan pemakaian bahan-bahan, berarti secara tidak langsung statistical quality control bermanfaat pula untuk mengawasi tingkat efisiensi. Jadi, SQC digunakan sebagai alat untuk mencegah kerusakan dengan cara menolak (reject) dan menerima (accept) berbagai produk yang dihasilkan perusahaan. Dengan kata lain SQC adalah alat untuk mengawasi proses produksi sekaligus mutu produk. Adapun tujuan pengendalian mutu antara lain:
a.    Mengawasi pelaksanaan proses produksi agar sesuai dengan rencana
b.    Mengawasi bahan baku sejak diterima, disimpan, dan dikeluarkan dari gudang bahan baku
Control Charts (Peta kendali)
Peta kendali adalah peta yang dijadikan pedoman dalam pengendalian mutu. Peta ini dikemukakan oleh Dr. Shewhart yang berguna untuk mengetahui apakah sampel hasil observasi termasuk daerah yang diterima (accepted area) atau daerah yang ditolak (reject area). Tiap sampel yang diambil bisa berbeda spesifikasi dan ukurannya dari waktu ke waktu. Setelah itu data observasi ditabulasikan untuk dipetakan sehingga diperoleh suatu peta kendali mutu dalam rangka pengendalian mutu.  
Secara umum dapat dikatakan bahwa peta kendali (control charts) digunakan untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan proses produksi, artinya apakah mesin-mesin masih berjalan baik sesuai rencana atau tidak, serta pengendalian mutu dari produk akhir agar mutu produk akhir tetap baik sesuai standar. Jadi, kegunaan peta kendali adalah untuk membatasi toleransi penyimpangan (variasi) produk yang masih dapat diterima akibat kelemahan tenaga kerja, mesin dan lain-lain.



 



                                             





Variasi yang dapat diawasi
 
 


           















 






                                                                          BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Kualitas adalah Keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan yang terlihat. Alasan penting adanya kualitas adalah karena reputasi perusahaan, keandalan produk dan keterlibatan global. Empat kategori utama biaya dikaitkan dengan kualitas yang disebut sebagai biaya kualitas (cost of quality-COQ), yaitu : Biaya pencegahan, Biaya penaksiran, Kegagalan internal, dan Biaya eksternal.
Statistical process control (SPC) adalah sebuah teknik statistik yang digunakan secara luas untuk memastikan bahawa proses memenuhi standar. Tujuannya untuk mengukur kinerja sebuah proses. Economic Control of Quality Manufactured Product yang merupakan konsep dasar dari pengendalian mutu suatu barang di pabrik manufaktur. Dasarnya yaitu untuk mengetahui produk yang dapat diterima (accepted) atau produk yang ditolak karena rusak. Tujuannya agar produk yang rusak tidak dijual kepada konsumen tetapi harus dimusnahkan.

DAFTAR PUSTAKA
Dwianoegrahwati Setyoningsih dan Indra Almahdy, Manajemen Operasi, Jakarta : Salemba Empat, 2005
Suyadi Prawirosentono, Manajemen Operasi, Analisis dan Studi Kasus, Jakarta : Bumi Aksara, 2000




[1] Dwianoegrahwati Setyoningsih dan Indra Almahdy, Manajemen Operasi, Jakarta : Salemba Empat, 2005, hlm. 253- 256
[2] Ibid., hlm. 286- 287
[3] Suyadi Prawirosentono, Manajemen Operasi, Analisis dan Studi Kasus, Jakarta : Bumi Aksara, 2000, hlm. 308- 314

Jumat, 25 Desember 2015

makalah teori produksi dalam islam



BAB II
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Produksi, distribusi dan konsumsi sesungguhnya merupakan satu rangkaian kegiatan ekonomi yang tak bisa dipisahkan. Ketiganya memang saling mempengaruhi, namun harus di akui bahwa produksi merupakan titk pangkal dari kegiatan tersebut. Tidak akan ada distribusi tanpa produksi. Dari teori mikro kita memperoleh informasi, kemajuan ekonomi pada tingkat individu maupun bangsa lebih dapat di atur dengan tingkat produktivitasnya,daripada kemewahan konsumtif mereka. Atau dengan kemampuan ekspornya ketimbang agregat impornya.
Dari sisi pandang konvensional, biasanya produksi di lihat dari tiga hal, yaitu: apa yang di produksi, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang /jasa diproduksi. Cara pandang ini untuk memastikan bahwa kegiatan produksi cukup layak untuk mencapai skala ekonomi. Dalam berproduksi itu tadi, ekonomi konvensional menempatkan tenaga kerja sebagai salah satu dari emapat faktor produksi; tiga faktor produksi lainya adalah sumber alam, modal dan keahlian. Dalam memandang faktor tenaga kerja inilah terdapat sejumlah perbedaan.
B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana arti dan ruang lingkup produksi dalam Islam ?
2.      Bagaimana tujuan produksi dalam Islam?
3.      Bagimana prinsip- prinsip produksi Islam ?
4.      Bagaimana formulasi maslahah bagi produsen ?
5.      Bagaimana hukum penawaran dan penurunan kurva penawaran?

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Arti dan Ruang Lingkup Produksi dalam Islam
Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Pada saat kebutuhan manusia masih sedikit, kegiatan produksi dan konsumsi seringkali dilakukan oleh seseorang sendiri. Sesorang memproduksi sendiri barang dan jasa yang dikonsumsinya. Seiring dengan semakin beragamnya kebutuhan komsumsi dan keterbatasan sumber daya yang ada, maka seseorang tidak dapat lagi menciptakan sendiri barang dan jasa yang dibutuhkannya.
Secara teknis, produksi diartikan sebagai proses mentransformasi input menjadi output. Beberapa ekonomi muslim memberikan definisi yang berbeda mengenai pengertian produksi, yaitu :
1.      Kahf (1992:114) mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama islam, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
2.      Rahman dalam Anto (2003:156) menekankan pentingnya keadilan dan pemerataan produksi (distribusi produksi secara merata).
3.      Ul Haq dalam Anto (2003:156) menyatakan bahwa tujuan dari produksi adalah memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang merupakan fardhu kifayah, yaitu kebutuhan yang bagi banyak orang pemenuhannya bersifat wajib.
4.      Siddiq (1992:140) mendefinisikan kegiatan produksi sebagai penyediaan barang dan jasa dengan memerhatikan nilai keadilan dan kebijakan / kemanfaatan (maslahah) bagi masyarakat dalam pandangannya, sepanjang produsen telah bertindak adil dan membawa kebijakan bagi masyarakat, maka ia telah bertindak islami.
Dalam definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepentingan manusia, yang sejalan dengan moral islam, harus menjadi fokus dari kegiatan produksi. Produksi adalah mencari, mengalokasikan, dan mengolah sumber daya menjadi output dalam rangka meningkatkan maslahah bagi manusia. Oleh karena itu, produksi juga mencakup aspek tujuan kegiatan menghasilkan output serta karakter-karakter yang melekat pada proses dan hasilnya. [1]

B.  Tujuan Produksi Dalam Islam
Produksi adalah kegiatan menciptakan sesuatu barang atau jasa. Sementara konsumsi adalah pemakaian atau pemanfaatan hasil produksi tersebut. Kegiatan produksi dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai yang saling berkait satu dengan lainnya. Oleh karena itu, kegiatan produksi harus sepenuhnya sejalan dengan kegiatan konsumsi.
Tujuan seorang konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa dalam persfektif ekonomi Islam adalah mencari mashlahah maksimum dan produsen pun juga harus demikian. Dengan kata lain, tujuan kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang memberikan mashlahah bagi konsumen. Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemashlahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk di antaranya:
1.    Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat
2.    Memnemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya.
3.    Menyiapkan persediaan barang dan jasa di masa depan.
4.    Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah SWT.[3]
C.  Prinsip-Prinsip Produksi Dalam Islam
Pada prinsipnya kegiatan produksi terkait seluruhnya dengan syariat Islam, dimana seluruh kegiatan produksi harus sejalan dengan tujuan dari konsumsi itu sendiri. Konsumsi seorang muslim  dilakukan untuk mencari falah (kebahagiaan), demikian pula produksi dilakukan untuk menyediakan barang dan jasa guna falah  tersebut.
Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah Saw memberikan arahan mengenai prinsip-prinsip produksi, yaitu sebagai berikut:  
1.      Tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah Allah adalah memakmurkan bumi dengan ilmu dan amalnya. Allah menciptakan bumi dan langit berserta segala apa yang ada di antara keduanya karena sifat Rahman dan Rahiim-Nya bkepada manusia. Karenanya sifat tersebut juga harus melandasi aktivitas manusia dalam pemanfaatan bumi dan langit dan segala isinya.
2.      Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi. Menurut Yusuf  Qardhawi, Islam membuka lebar penggunaan metode ilmiah yang didasarkan pada penelitian, eksperimen, dan perhitungan. Akan tetapi Islam tidak membenarkan penuhan terhadap hasil karya ilmu pengetahuan dalam arti melepaskan dirinya dari Al-qur’an dan Hadis.
3.      Teknik produksi diserahklan kepada keingunan dan kemampuan manusia. Nabi pernah bersabda:”kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.”
4.      Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam menyukai kemudahan, menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat. Dalam Islam tidak terdapat ajaran yang memerintahkan membiarkan segala urusan berjalan dalam kesulitannya, karena pasrah kepada keberuntungan atau kesialan, karena berdalih dengan ketetapan-Nya, sebagaimana keyakinan yang terdapat di dalam agama-agama sealin Islam. Seseungguhnyan Islam mengingkari itu semua dan menyuruh bekerja dan berbuat, bersikap hati-hati dan melaksanakan selama persyaratan. Tawakal dan sabar adalah konsep penyerahan hasil kepada Allah SWT. Sebagi pemilik hak prerogatif yang menentukan segala sesuatu setelah segala usaha dan persyaratan dipenuhi dengan optimal.[4]
D.  Formulasi Maslahah bagi Produsen
M = ∏ + B
Dalam konteks produsen yang menaruh perhatian pada profit/ keuntungan, maka manfaat ini dapat berupa keuntungan material. Keuntungan bisa digunakan untuk maslahah lainnya, seperti maslahah fisik, intelektual maupun sosial. Untuk itu rumusan maslahah bagi produsen  yaitu :

∏ = TR - TC
Di mana M menunjukkan maslahah, ∏ adalah keuntungan dan B adalah berkah. Bahkan ini didefinisikan sebagai adanya pahala pada produk atau kegiatan yang bersangkutan. Adapun keuntungan merupakan selisih antara pendapatan total / total revenue ( TR ) dengan biaya totalnya / total cost ( TC ), yaitu :
Pada dasarnya berkah akan diperoleh apabila produsen menerapkan prinsip dan nilai Islam dalam kegiatan produksinya. Penerapan nilai dan prinsip islam ini seringkali menimbulkan biaya ekstra yang relatif besar dibandingkan jika mengabaikannya. Di sisi lain, berkah yang diterima merupakan kompensasi yang tidak secara langsung diterima produsen atau berkah revenue (BR) dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan berkah tersebut atau berkah cost  (BC) yaitu :
B = BR –BC = -BC
  Dalam persamaan diatas, penerimaan berkah dapat asumsikan nilainya nol atau secara indrawi tidak dapat diobservasi karena berkah memang tidak secara langsung selalu berwujud material. Dengan demikian, maslahah sebagaimana didefinisikan pada persamaan diatas dapat ditulis kembali menjadi :
M = TR – TC -BC

Dalam persamaan diatas, ekspresi berkah, BC menjadi faktor pengurang. Hal ini dikarenakan berkah tidak bisa datang dengan sendirinya melainkan harus dicari dan diupayakan kehadirannya sehingga kemungkinan akan timbul beban ekonomi atau bahkan finansial dalam rangka itu. Sebagai contoh, penerapan prinsip dan nilai halalan thayyibah dalam produksi, dimana seluruh kegiatan produksi dan input yang digunakan adalah legal/ resmi dan baik.
E.  Hukum Penawaran dan Penurunan Kurva Penawaran
1.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran
Teori penawaran menjelaskan sifat hubungan antara jumlah tingkat harga dengan jumlah produk yang ditawarkan oleh produsen, yang dikenal dengan hukum penawaran penawaran merupakan kekuatan penting yang menggerakkan pasar. Itilah yang digunakan Ibn Taimiyah untuk menunjukkan penawaran ini adalah ketersediaan barang dipasar, yang dalam pandangannya, penawaran dapat berasal dari ompor dan produksi lokal sehingga kegiatan ini dilakukan oleh produsen.
Namun, pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, sebagaimana dikemukakan Misanam, dkk (2008:318-319) adalah sebagai berikut :
a.    Maslahah
Pengaruh maslahah terhadap penawaran, pada dasarnya tergantung pada tingkat keimanan dari produsen. Produsen dengan tingkat keimanan yang biasa kemungkinan akan menawarkan barang dengan kandungan berkah minimum. Dalam kondisi seprti ini, jika barang atau jasa yang ditawarkan telah mencapai kandungan berkah minimum, maka produsen akan menganggapnya sudah baik sehingga pertimbangan penawaran selanjutnya akan didasarkan pada faktor keuntungan. Namun, jika produsen dengan tingkat keimanan yang lebih tinggi  lebih menyukai barang dengan kandungan berkah yang lebih tinggi. Jika mereka melihat barang dengan kandungan berkah yang tinggi, ceteris paribus, maka mereka akan meninggalkan barang dengan kandungan berkah yang rendah dan mengganti nya dengan barang dengan kandungan berkah lebih tinggi. Dalam kondisi ini, kemungkinan keuntungan tidak lagi menjadi faktor penting dalam penawaran barang. Dengan demikian, jumlah maslahah yang terkandung dalam barang yang diproduksi semakin meningkat, maka produsen muslim akan memperbanyak jumlah produksinya, ceteris paribus, begitu juga sebaliknya.
b.    Keuntungan
Keuntungan merupakan bagian dari maslahah karena keuntungan dapat mengakumulasi modal, yang akhirnya dapat digunakan untuk berbagai aktivitas lainnya. Dengan kata lain, keuntungan akan menjadi tambahan modal untuk memperoleh maslahah lebih besar guna mencapai falah. Sedangkan faktor-faktor yang memperngaruhi keuntungan sebagaimana dikemukakan oleh Misanam, dkk (2008:318) adalah sebagai berikut :
                             i.     Harga Barang
Faktor pertama yang menentukan keuntungan adalah harga barang itu sendiri. Peran dari harga barang dalam menentukan penawaran telah lama dikenal oleh para pemikir ekonomi Islam klasik. Jika harga barang naik, ceteris paribus, maka jumlah keuntungan per unit yang akan diperolehnya juga akan naik. Hal ini kemudian akan meningkatkan keuntungan total dan akhirnya mendorong produsen untuk menaikkan jumlah penawarannya. Sebaliknya, jika harga turun, maka produsen cenderung mengurangi penawarannya sebab tingkat keuntungan yang diperolaehnya juga akan turun. Besarnya pengaruh harga terhadap penawaran ini yang menyebabkan para ekonom Muslim menekankan pentingnya harga yang adil (thaman al-mitl).
                           ii.     Biaya Produksi
Biaya produksi jelas menentukan tingkat keuntungan sebab keuntungan adalah selisih antara penerimaan (revenue) dengan biaya (cost). Jika biaya turun, ceteris paribus maka keuntungan produsen akan meningkat dan akhirnya akan mendorongnya untuk meningkatkan jumlah penawarannya ke pasar. Sebaliknya, jika harga naik, ceteris paribus, maka keuntungan produsen juga akan menurun dan akhirnya akan mendorong produsen untuk menurunkan jumlah penawarannya.
2.    Penurunan Kurva Penawaran
Kurva penawaran adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat harga dengan jumlah produk yang ditawarkan oleh produsen. Kurva ini menunjukkan respon produsen dalam memasok outputnya terhadap perkembangan harga produk dipasar. Kurva penawaran diturunkan dari perilaku produsen yang berorientasi untuk mencapai tingkat maslahah maksimal.[5]


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Produksi adalah mencari, mengalokasikan, dan mengolah sumber daya menjadi output dalam rangka meningkatkan maslahah bagi manusia. Oleh karena itu, produksi juga mencakup aspek tujuan kegiatan menghasilkan output serta karakter-karakter yang melekat pada proses dan hasilnya. Tujuan dari produksi Islam adalah pemenuhan sarana kebutuhan manusia pada takaran moderat dan sarana pemenuhan kegiatan sosial ibadah kepada Allah
Faktor- faktor mempengaruhi penawaran adalah terdapat maslahah dan keuntungan. Kurva penawaran adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat harga dengan jumlah produk yang ditawarkan oleh produsen. Kurva ini menunjukkan respon produsen dalam memasok outputnya terhadap perkembangan harga produk dipasar. Kurva penawran diturunkan dari perilaku produsen yang berorientasi untuk mencapai tingkat maslahah maksimal.

DAFTAR PUSTAKA 
Anita Rakhmawaty, Ekonomi Mikro Islam, Kudus: Nora Media Enterpress, 2011
Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012
Drs. Muhammad, M.Ag. Ekonomi Mikro Dalam Persfektif  Islam. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2004.


[1] Anita Rakhmawaty, Ekonomi Mikro Islam, Kudus: Nora Media Enterpress, 2011, hlm. 102
[2] Ibid, hlm. 106
[3] Drs. Muhammad, M.Ag. Ekonomi Mikro Dalam Persfektif  Islam. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2004, hlm. 105
[4] Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2012, hlm.45
[5] Anita Rakhmawaty, Log.Cit., hlm.110- 114