Senin, 21 Desember 2015

makalah akuntansi modal



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu kesatuan usaha yang dari segi hukum dipisahkan dari pemiliknya. Karena terpisah dari pemiliknya maka kewajiban pemilik terhadap perusahaannya terbatas sampai jumlah modal yang disetornya. Selain itu bentuk perseroan memungkinkan untuk mendapat modal dari banyak orang, setiap orang yang menyetor menjadi pemilik dari perseroan tadi. Karena pemiliknya terdiri dari jumlah yang cukup banyak. Maka pengelolaan akan diserahkan kepada pihak lain yang diangkat menjadi pimpinan PT tersebut. Dengan kata lain, yang menjalankan PT adalah orang-orang yang diangkat oleh pemilik.
Untuk mendapatkan modal, PT menerima setoran dari pemilik. Sebagai bukti setoran dikeluarkan tanda bukti pemilik yang berbentuk saham yang diserahkan kepada pihak-pihak yang menyetor modal. Pemilik PT merupakan kumpulan pihak-pihak yang mempunyai saham sehingga disebut pemegang saham. Saham yang dikeluarkan oleh PT dapat dicantumkan nama pemiliknya, disebut saham atas nama, dapat juga tidak dicantumkan nama pemiliknya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan modal (ekuitas) ?
2.      Apa saja komponen modal di setor ?
3.      Bagaimana pelaporan laba ditahan?

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Ekuitas
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisikan ekuitas sebagai berikut (pasal 49):
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban, atau bisa juga dikatakan bahwa ekuitas adalah hak residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomik masa mendatang. Karena didefinisi atas dasar aset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada bagaimana aset dan kewajiban diukur.
PSAK No.21 (IAI 2002) menyatakan bahwa ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus di laporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan di sajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.
Akuntansi untuk ekuitas dibedakan menjadi dua yaitu : Akuntansi ekuitas untuk badan usaha bukan PT dan akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT.
Akuntansi ekuitas untuk badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan, misalnya : koperasi
Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT meliputi modal di setor atau modal saham yang meliputi saham preferen, saham biasa, dan akun tambahan modal yang disetor serta laba ditahan atau saldo laba. Misalkan modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal yang disetor. [1]


2.      Modal Di Setor
a.       Saham biasa
Saham biasa adalah saham yang pelunasannya dilakukan dalam urutan yang paling akhir dalam hal perusahaan di likuidasi, sehingga resikonya adalah yang paling besar. Karena resikonya besar, biasanya jika usaha perusahaan berjalan dengan baik maka deviden saham biasa akan lebih besar dari pada saham prioritas.[2]
Pemegang saham biasa adalah merupakan pemilik yang paling pokok dalam perusahaan perseroan, mereka mempunyai hak suara, turut menentukan dalam pembagian laba, serta menentukan penambahan saham baru.
b.      Saham preferen
Saham preferen adalah mempunyai macam-macam karakteristik yang berbeda dari saham biasa, salah satu keistimewaan saham preferen adalah terletak pada hak istimewa dalam pembagian deviden.[3]
Misalnya, PT Armada menerbitkan dan menjual secara tunai 1.000 lembar saham preferen dan 5.000 lembar saham biasa. Nilai Pari setiap lembar saham preferen dan saham biasa yaitu 1.400 dan 600. Sedangkan harga jual per lembar saham preferen dan saham biasa masing-masing 1.700 dan 800.
 Jumlah saham yang di otorisasi sebanyak 3.500 lembar untuk saham preferen dan 8.000 lembar saham biasa.
Jurnal pencatatannya adalah:
 Kas                                                                                   5.700.000
             Saham preferen                                                                                   1.400.000
             Saham biasa                                                                                       3.000.000
                        Modal disetor dalam kelebihan di atas nilai pari        - Preferen            300.000
             Modal disetor dalam kelebihan diatas nilai pari – Biasa                   1.000.000
c.       Deviden
Deviden adalah bagian laba yang dibagikan kepada para pemegang saham. Deviden yang diterima oleh pemegang saham jumlahnya tergantung pada jumlah lembar saham yang dimiliki. Biasanya deviden dibayarkan dalam bentuk kas, tetapi kadang-kadang perseroan memutuskan untuk memberikan deviden dalam bentuk kekayaan lainnya atau berupa tambahan saham.
1.      Deviden tunai
Pada umumnya deviden dibayarkan dalam bentuk tunai atau kas dan pembayarannya di lakukan setahun sekali.
Dalam mengumumkan pembayaran deviden tunai, perusahaan harus mempertimbangkan jumlah laba yang di tahan dan juga jumlah kas yang tersedia. Hal ini perlu diperhatikan, sebab perusahaan yang memiliki laba yang ditahan dalam jumlah yang besar tidak otomatis akan mampu membayar deviden tunai dalam jumlah yang besar pula.
Saldo yang besar dalam rekening laba ditahan menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil memupuk laba, namun hal itu tidak selalu dibarengi dengan tersedianya kas dalam jumlah yang cukup besar untuk membayar deviden tunai. Dalam perusahaan-perusahaan yang baru berdiri atau yang sedang berkembang, biasanya laba ditahan digunakan untuk memperluas kegiatan operasi perusahaan, sehingga hanya sebagian kecil saja yang bisa dibagikan sebagai deviden.
Misalnya, tanggal 6 desember 2009, Dewan Direksi PT Wali mengumumkan deviden tunai sebesar Rp 72,- per lembar atas 100.000 lembar saham biasa yang beredar dengan nilai pari Rp 1.440 per lembar.
Ayat Jurnal untuk mencatat pengumuman deviden tunai tersebut yaitu:
6 Desember 2009
Deviden Tunai                                     7.200.000
Utang Deviden Tunai                                      7.200.000
Pada akhir periode, ayat jurnal penutupnya yaitu :
31 Desember 2009
Laba Ditahan                                      7.200.000
Deviden Tunai                                                 7.200.000
Pada tanggal pembayaran (tanggal 20 januari 2010), ayat jurnalnya yaitu:
Utang Deviden Tunai                          7.200.000
Kas                                                                              7.200.000
2.      Deviden Saham
Dalam keadaan tertentu suatu perusahaan mungkin membayar deviden dengan sahamnya sendiri sebagai pengganti deviden tunai atau penambahan atas deviden tunai. Salah satu alasan mengapa suatu perseroan membayar deviden dengan sahamnya sendiri adalah karena pembayaran deviden dengan kas diperkirakan akan mengganggu modal kerja perusahaan.
Bentuk pembagian deviden saham bisa bermacam-macam, tetapi pada umumnya deviden saham diberikan kepada pemegang saham biasa.[4]
Misalnya, pada tanggal 18 Desember 2009, dewan direksi PT Coklat mengumumkan deviden saham sebesar 8% atas 100.000 lembar saham biasa yang beredar dengan nilai pari Rp 1.440,- per lembar. Harga pasar saham pada saat deviden diumumkan adalah Rp 1.620,- per lembar. Deviden ini baru akan dibagikan pada tanggal 18 januari 2010.
Jurnal untuk mencatat pada saat deviden diumumkan, yaitu:
18 Desember 2009
Deviden Saham                                                           12.960.000
Deviden Saham Yang Dapat Dibagikan                                 11.520.000
Modal Disetor dalam Kelebihan diatas Nilai Pari – Biasa     1.440.000
Pada akhir periode, ayat jurnal penutupnya yaitu:
31 Desember 2009
Laba Ditahan                                      12.960.000
Deviden Saham                                                           12.960.000
Pada saat deviden saham dibagikan, jurnalnya yaitu:
18 Januari 2010
Deviden Saham yang Dapat Dibagikan                     11.520.000
Saham Biasa                                                                           11.520.000
d.      Modal sumbangan
Modal sumbangan timbul karena adanya sumbangan yang diberikan kepada perusahaan berupa harta kekayaan tertentu tanpa imbalan. Sumbangan semacam ini bisa berasal dari pemegang saham atau sumbangan harta dari dermawan.
Pemegang saham mungkin ingin memberi sumbangan kepada perusahaan dengan memberikan saham yang dimilikinya.
Misalnya : seorang pemegang saham memberi sumbangan berupa 100 lembar saham biasa. Saham tersebut dijual kembali oleh perusahaan dan laku dengan harga 125.000 per lembar.[5]
Jurnal yang dicatat adalah:
Kas                                    12.500.000
            Modal sumbangan                  12.500.000
Treasury Stock (Saham yang di peroleh kembali)
Treasury stock adalah saham perusahaan yang di beli kembali dari peredaran untuk sementara. Perbedaan antara saham yang belum beredar dengan treasury stock adalah bahwa saham yang belum beredar itu merupakan modal saham yang belum di jual (diedarkan) sedangkan treasury stock merupakan modal saham yang beredar yang di beli kembali.
perusahaan dapat membeli kembali saham miliknya untuk berbagai alasan, diantaranya adalah:
1.      Diberikan sebagai bonus kepada pejabat dan karyawan perusahaan
2.       Meningkatkan volume perdagangan saham di bursa efek dengan harapan dapat mendongkrak harga pasar saham
3.      Memperoleh tambahan saham yang akan di pergunakan dalam rangka akuisisi perusahaan lain
4.      Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar yang pada akhirnya akan memperbesar laba per lembar saham.[6]
Misalnya, pada tanggal 9 januari 2010, perusahaan memperoleh kembali 3000 lembar saham biasa dengan harga 840 per lembar. Nilai pari saham biasa adalah 600 per lembar, dimana saham biasa ini pertama kalinya di terbitkan dengan harga 800 per lembar. Jurnal dari transaksi tersebut adalah:
Saham yang diperoleh kembali                 2.520.000
Kas                                                                       2.520.000
Treasury  Stock Yang Diterima Sebagai Sumbangan
Pemegang saham bisa menyumbangkan kembali saham kepada perusahaan. Sumbangan ini bisa :
a.       Untuk menambah modal kerja yang di butuhkan yaitu dengan cara perusahaan menjual kembali saham yang di sumbangkan tersebut.
b.      Sebagai hadiah untuk perusahaan
c.       Menunjukkan pengembalian saham karena adanya penilaian yang terlalu tinggi terhadap aktiva yang di serahkan untuk menukarkan saham tersebut.[7]
Misalnya, tanggal 1 juli 2006 di terima 100 lembar saham sendiri. harga pasar pada tanggal tersebut 1.100 per lembar. Pada tanggal 15 agustus 2006, saham tersebut di jual seharga Rp 1.050 per lembar.
Jurnal yang di buat yaitu :
1 juli 2006
Treasury stock                                           110.000
      Modal sumbangan                                                      110.000
15 Agustus 2006
Kas                                                            105.000
Modal sumbangan                                        5.000
      Treasury stock                                                             110.000
3.      Laba Di Tahan
Laba di tahan timbul sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan, yaitu laba bersih. Sebagian laba bersih ini akan di tahan atau di investasikan kembali kedalam perusahaan.
Laba di tahan termasuk sebagai salah satu komponen dari jumlah modal pemegang saham (tepatnya setelah komponen modal di setor), dimana saldonya merupakan bagian dari tuntutan pemegang saham terhadap asset perseroan.
Besarnya laba di tahan pada akhir periode sesungguhnya adalah akumulasi laba bersih dari beberapa periode (termasuk periode berjalan) yang masih tersisa setelah dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden (baik deviden tunai maupun deviden saham).[8]

Contoh pencatatan laba di tahan:

                                                PT WALI
                                    Laporan Laba Ditahan
                        Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2010
Laba Ditahan Awal                 150.000.000
Laba Bersih                             420.000.000
Deviden Tunai                                    (161.500.000)                  Laba Ditahan Periode Berjalan
Deviden Saham                       (  88.500.000)
            Laba Ditahan Akhir                            320.000.000

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban, atau bisa juga dikatakan bahwa ekuitas adalah hak residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomik masa mendatang. Karena didefinisi atas dasar aset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada bagaimana aset dan kewajiban diukur.
Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT meliputi modal di setor atau modal saham yang meliputi saham preferen, saham biasa, dan akun tambahan modal yang disetor serta laba ditahan atau saldo laba.
Laba di tahan timbul sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan, yaitu laba bersih. Sebagian laba bersih ini akan di tahan atau di investasikan kembali kedalam perusahaan.
Laba di tahan termasuk sebagai salah satu komponen dari jumlah modal pemegang saham (tepatnya setelah komponen modal di setor), dimana saldonya merupakan bagian dari tuntutan pemegang saham terhadap asset perseroan.
DAFTAR PUSTAKA

AI. Haryono Jusup, Dasar dasar akuntansi, STIE YKPN, Yogyakarta, 2001
Hery, Akuntansi Aset, Liabilitas, Dan Ekuitas, Grasindo, Jakarta, 2014
Http :// shantycr7.blogspot.co.id/2013/05/makalah-ekuitas-paling-lengkap.html
Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, BPFE, Yogyakarta, 2004


[1] Http :// shantycr7.blogspot.co.id/2013/05/makalah-ekuitas-paling-lengkap.html. (diakses pada tanggal 6 november 2015)
[2]  Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, BPFE, Yogyakarta, 2004 hlm. 390
[3] AI. Haryono Jusup, Dasar Dasar Akuntansi, STIE YKPN, Yogyakarta, 2001  hlm. 316-317
[4] Ibid., hlm 342-344
[5] Ibid., hlm.327-328
[6] Hery, Akuntansi Aset, Liabilitas, Dan Ekuitas, Grasindo, Jakarta, 2014 hlm. 231
[7] Zaki Baridwan, Op.Cit, hlm. 418-419
[8] Hery, Op.Cit., hlm.243-245

Tidak ada komentar:

Posting Komentar